Pages

Minggu, Januari 04, 2009

Mabuk Darat

Jika seseorang tidak suka menempuh perjalanan jauh dengan mengendarai kendaraan pribadi, atau seseorang tersebut tidak punya kendaraan pribadi, bahkan jika sedang tidak punya harta yang cukup untuk membawa kendaraan pribadi untuk perjalanan jauh, maka bis adalah alternatif yang tepat sebagai pengganti kendaraan pribadi. Tapi bagi gue itu tidak benar, bis itu sangat mengerikan, bis sangat tidak nyaman dan gue tegaskan, bis bisa sangat menyebalkan. Gue selama ini selalu menggunakan jasa bis untuk perjalanan jauh gue kemanapun gue pergi adalah semata-mata karena terpaksa, terpaksa karena tidak ada kendaraan pribadi yang dapat gue gunakan, terpaksa karena tidak ada alternatif lain selain bis, terpaksa karena alternatif satu-satunya adalah jalan kaki. Gue tidak pernah membayangkan menempuh perjalanan Ponorogo - Malang (perjalanan jauh yang paling sering gue tempuh, karena gue memang sedang kuliah di Malang dan memang gue tidak pernah bepergian kemana-mana) dengan berjalan kaki. Mengerikan, ada beberapa orang yang sangat tergila-gila dengan bis hingga mendirikan sebuah komunitas yang merekasebu dengan BisMania.
Gambar : Logo BisMania

Mereka juga mempunyai website sendiri di www.bismania.com, gue maklum kalau yang bergabung di komunitas tersebut adalah para pengusaha bis, lalu bagaimana kalau orang-orang umum individual atau bukan instansi juga ikut bergabung? Gue sulit mempercayainya, masalahnya teman gue (sebut saja Ferdik) juga menjadi salah satu individu yang bergabung dalam komunitas tersebut. Gue saja baru melihat bis dari jauh saja sudah mabuk darat, lalu bagaimana mungkin si Ferdik itu dapat menari-nari di atas penderitaan gue yang sedang mabuk darat? Mungkin konon kisahnya Ferdik teman gue yang tersayang itu dahulu lahir di dalam perjalanan naik bis dan ditolong oleh keneknya.

Sudah banyak cerita dalam track record gue yang tidak menganakkan melibatkan bis, salah satunya terjadi beberapa bulan yang lalu saat gue hendak pulang mudik ke Ponorogo untuk liburan semester genap. Begitu gue niat dengan hati terpaksa (ini sangat perlu, agar penderitaan gue tidak sia-sia dan terhitung ibadah sebagai bekal di akhirat kelak… apalagi kalau -na’uzubilah- bisnya mengantuk dan memilih tidur ambruk di jalan daripada mengantarkan isinya sampai tujuan), tiba-tiba teman gue, Anggun, membuyarkan kekhusyukan niat gue.

Anggun : Har…!!
Gue : Ya.
Anggun : Kamu mau pulang hari ini, ya?
Gue : Ya.
Anggun : Aku pulang sama kamu.
Gue : …
Anggun : Ya…!?
Gue : …(berfikir)…(gue naik bis dengan seorang cewek, bagaimana nanti kalau gue mabok darat?? Bisa pindah ke pantat muka gue…)
Gue : …
Gue : I - iya… (akhirnya gue pasrah)
Anggun : (pergi dengan hati riang).
Gue : Mampus gue…

Akhirnya gue berangkat ke terminal dengan dua beban menggelantungi gue. Beban penyakit mabok darat gue dan beban moral menjaga gengsi di depan seorang cewek. Siang itu sangat panas dan gerah, menurut pengalaman gue (gue cukup merasakan asam-garamnya mabok darat di dalam bis) hawa seperti ini semakin cepat memicu mabok darat. Gue banyak-banyak berdo’a ketika menunggu Anggun muncul dengan (dalam bayangan gue) wajah tak berdosa (yang membuat gue ingin menutupinya dengan adonan kue yang sangat tebal sehingga gue tidak perlu menjaga gengsi gue di depannya karena matanya sudah tertutup adonan kue).
Gambar : Gue dan Anggun

Titit-titit…!! Hape gue berbunyi, ada sms dari Anggun

Har, jgn naek bis dlu, tngguin gw!

Gue merasa sangat berdosa, mungkinkah anak ini juga mabok-darat-mania dan menyerahkan nasibnya pada gue? Gue balas dengan berurai air mata (hanya dramatisir),

Ya, gw tnggu...

Akhirnya dia datang dan kami naik ke dalam bis dengan (menurut gue dia juga dalam keadaan) khawatir. 

Gue : Angg, yuk kita duduk di depan, lebih nyaman (alasan gue, padahal kursi depan adalah kursi yang paling tepat buat gue untuk mengendalikan mabok darat).
Anggun : Nggak, kita duduk di kursi paling belakang, di depan bau mesin.
Gue : … (yang namanya di dalam bis dimana-mana baunya yan mesin sama solar, men)
Gue : Ya sudah , biar adil kita duduk di tengah saja!
Anggun : … (duduk dengan -kelihatannya- terpaksa)

Bis mulai bergerak. Perjalanan sudah dirempuh, jarak semakin bertambah, udara semakin panas, hati semakin tidak tentram karena sudah kebelet mabok darat. Gue tiba-tiba kaget, Anggun mengambil tas plastik yang disediakan untuk penumpang yang mabok darat.

Anggun : Cuhh… (meludah)
Gue : Angg, kamu gak pa-pa?
Anggun : Cuhh… (meludah lagi, mukanya semakin pucat)
Gue : Angg… (gue terangsang untuk menunaikan mabok darat gue yang sangat parah)
Gue : Hmmmphhh… (menahan mabok dengan sekuat tenaga).
Gue : Angg, kamu mabok darat?
Anggun : Cuhh…
Gue : … (gue rasa muka gue sudah sangat pucat)
Gue : Angg, ambilin gue tas plastik juga.
Gue : Oooeeekk…. (akhirnya gue menyerah dan memilih menaruh muka gue di pantat)
Anggun : Oooeeekk….

Jadilah kami berdua lomba mabok darat, lemas, dan dikuasai rasa sebal dengan bis. 

Berbicara mengenai mabok darat, gue mempunyai sebuah artikel tentang mabok darat dari Tempo,

Jum'at, 26 September 2008 | 13:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Niat mudik selalu menyenangkan. Tapi, ada kalanya perjalanan tak semulus rencana. Kalau sudah ketemu macet yang lumayan parah, bersiaplah untuk menghadapi segala kemungkinan. Capek, masuk angin, belum lagi anak-anak yang bakal rewel sepanjang perjalanan. Pusing, mual, muntah bisa saja terjadi di kondisi yang tak enak ini. Maka, untuk menghindari mabuk darat, terutama pada anak-anak, cobalah beberapa tip berikut. 

Obat anti mabuk adakalanya banyak membantu. Tapi sebaiknya berkonsultasilah pada dokter sebelum memberikan pada anak. Obat anti muntah biasanya golongan antihistamin yang bisa saja mempunyai efek menjadi gelisah, pusing, mulut kering, bahkan, sembelit. Maka, pada anak-anak yang memiliki keluhan tertentu, obat ini sebaiknya dihindari. 

Di perjalanan, upayakan anak tidak melakukan aktivitas membaca atau berkutat pada mainannya yang potensial memicu pusing. Namun arahkan anak untuk menikmati pemandangan di luar jendela. 

Hindari perut kosong, berikan anak makanan ringan selama perjalanan. Sebelum berangkat, upayakan sudah mengisi perut terlebih dulu. Bila mobil tak dilengkapi pendingin yang baik, bukalah kaca jendela secukupnya agar bisa menghidup udara segar. Jika tetap mabuk, sebaiknya hentikan kendaraan. Biarkan anak beristirahat sejenak.

Koran Tempo


Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons