Pages

Kamis, Februari 19, 2009

Kesalahan Seputar Shalat : Mengumumkan Berita Duka Cita di Masjid

Nabi Muhammad SAW. bersabda : “Islam dibangun atas lima perkara. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahn yang hak) kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan ibadah haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Shalat memiliki posisi yang sangat vital dalam kerangka ibadah umat Islam. Tidak hanya shalat saja, namun hal-hal seputar shalat yang ikut menjadi syarat wajib maupun syarat sahnya shalat juga turut menjadi hal yang bersifat penting. Para salafus shalih dan orang-orang shalih menjadikan shalat sebagai istirahat dari penatnya kehidupan dunia. Namun seiring berjalannya waktu, perhatian umat Islam terhadap shalat semakin berkurang. Sehingga banyak ditemui kesalahan-kesalahan yang terjadi seputar masalah shalat. Dan manisnya ibadah shalat menjadi barang langka di zaman ini. Termasuk pula dalam kesalahan yang terlanjur “membudaya” di sebagian masyarakat kita adalah mengumumkan berita duka cita dengan pengeras suara masjid.



Merupakan salah satu diantara bid’ah dalam masjid yang hukumnya antara makruh dan haram adalah perbuatan yang disebut tabrir. Yaitu, para mu’adzin membaca ayat dalam surah Al-Insan di atas menara dengan suara keras ketika terjadi kematian seorang alim. Ayat yang dimaksud ialah “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (Al-Insan [76]:5)

Demikian pula, dengan apa yang terjadi di daerah-daerah pedesaan. Yakni, ketika salah seorang dari mereka ada yang meninggal, mereka lalu mengumumkan kematian Fulan bin Fulan dengan mikrofon (pengeras suara) masjid. Perbuatan semacam ini menyelisihi sunnah. Sebab, tidak sepatutnya masjid dipergunakan untuk kepentingan seperti ini.

Jadi kesimpulannya, yang membuat bid’ah semacam ini menyebar luas adalah perbuatan menyebarkan berita kematian yang dilakukan oleh orang jahiliyah. Dahulu mereka mengutus seseorang yang mengetahui perihal kematian salah seorang dari mereka ke pintu-pintu rumah dan pasar. Dalam kitan Subul Us-Salam disebutkan, “di antara bentuk mengumumkan kematian yang dilarang adalah mengumumkan kematian di atas menara pada zaman ini ketika terjadi kematian ulama.” (Al-Ibda’ fi Madhar Al-Ibtida’, Asy-Syaikh Ali Mahfudz, hal 165/167 dengan perubahan)
______________________
Sumber : Al-Mishri, Mahmud. 2007. 400 Kesalahan dalam Shalat (diterjemahkan oleh Fahrur Mu’is dan Nurul Lathifah). Solo : Media Dzikir.

Selasa, Februari 03, 2009

TANAH DIJUAL

Berikut ini adalah sebuah tawaran bagi yang berminat untuk membeli sebidang tanah. Adapun beberapa informasi gambar dari tanah tersebut adalah seperti di bawah ini.




Luas daripada tanah ini adalah 1400 meter persegi, dengan letak yang strategis. Yaitu

  1. Letaknya di dekat tempat pendidikan SMA Jenangan.
  2. Salah satu sisinya dilewati oleh jalan raya Jenangan-Ngebel.
  3. Letaknya + 15 menit dari kawasan wisata Ponorogo, Telaga Ngebel.
  4. Dilewati oleh angkutan umum sepanjang jalan dari dan ke daerah Ngebel
  5. Dekat dengan pemukiman warga.
  6. Jauh dari kebisingan kota maupun pusat industri sehingga cocok untuk tempat peristirahatan, villa, maupun tujuan pembangunan yang lainnya.

Penawaran dibuka dengan harga 96 juta dan masih bisa dikompromikan. Jika anda berminat, anda dapat menghubungi nomor di bawah ini, atau dengan mengirim penawaran via email ke alamat berikut,

thebig_harriz@yahoo.com

CP : (0352)531683


Hubungi Haris Pradipta

Selamat datang di Weblog Haris Pradipta.

Bagi anda yang ingin menghubungi Haris Pradipta, bisa ke:

Email: harispradipta@gmail.com
Facebook : http://www.facebook.com/haris.pradipta

Atau langsung menulis pesan anda di form berikut:


Name*
Email*
Subject*
Message*

Senin, Februari 02, 2009

Déjà vu

Perasaan luar biasa yang terkadang (hampir semua orang pernah) muncul ketika kita merasa pernah berada di suatu tempat yang baru saja anda datangi. Perasaan itu memancing dugaan bahwa ada “kita yang lain” di sebuah jagad paralel(1), atau mungkin kita pernah mendatangi tempat itu di kehidupan sebelumnya(2), atau mungkin kita secara sadar maupun tidak sadar memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Atau mungkin (dan ini adalah kemungkinan yang terbesar) ada yang salah pada label waktu di otak kita.


Salah satu aspek penting ketika kita berhadapan dengan dunia yang peduli “waktu adalah semua kejadian” (seperti ketika anda sedang membaca artikel ini) akan masuk ke dalam hippocamus(3) dan ditempatkan sesuai dengan waktu yang disebutkan, “sekarang…, sejenak yang lalu…, sebelumnya…” misalnya bahwa kita baru saja menyadari sedang membaca kata-kata dalam artikel ini setelah kata-kata sebelumnya. Hippocamus memberikan label waktu pada semua hal

Pelabelan waktu ini sangat penting. Jika kita tidak mengurutkan hal-hal yang terjadi, kita seperti menonton film dengan urutan frame yang acak. Hari kita akan sangat kacau. Bahkan gagasan “hari” tidak akan berarti. Matahari akan selalu muncul dalam pikiran anda. Pengalaman setiap kejadian dalam kehidupan kita tersusun dalam sebuah bagan waktu mental.

Secara berbarengan kita membandingkan setiap pengalaman baru dengan ingatan dan harapan yang telah tersimpan dalam otak. Jika pengalaman kejadian tertentu, yang sedang dalam perjalanan untuk disunting menjadi film, gagal mendapatkan label waktu, korteks berasumsi bahwa kejadian itu tidak cocok dimasukkan ke dalam waktu kini dan menganggap kejadian itu berasal dari bagian ingatan – sesuatu yang terjadi di masa lalu. Tapi dalam masa lalu kejadian itu juga tidak ada, maka pengalaman déjà vu selalu terasa samar.

Diambil dari buku Murphy’s Law yang ditulis oleh Richard Robinson.
____________________
  1. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh para ilmuan quantum, yang mana mereka berpendapat bahwa sebuah obyek berpindah ke sebuah jagad paralel dan diam di sana sampai kita membeli penggantinya. Teori ini yang mengungkap mengapa buku kita yang hilang tidak akan kembali atau ketemu saat kita cari-cari sampai kita membeli buku baru penggantinya dan kemudian baru buku itu dapat kita temukan yang ternyata lupa kita taruh di atas meja belajar adik. Namun teori yang lebih masuk akal sudah diungkapkan dua ribu tahun yang lalu oleh Archimedes. Adalah bahwa penglihatan lebih merupakan proses aktif daripada pasif. Alih-alih membiarkan cahaya masuk ke dalam mata, penglihatan justru memancarkan cahaya ke luar, seperti lampu sorot yang menyinari daerah pencarian. Jika cahaya pencarian diarahkan ke sudut yang salah, mereka tidak akan menemukan obyek yang dicari.
  2. Hal ini seperti ajaran agama Buddha mengenai reinkarnasi.
  3. Memori memiliki awal di bagian ini, dibuat berdasarkan masukan-masukan dari korteks(semua organ penginderaan memiliki korteks, seperti korteks auditori yang menangkap impuls saraf dari telinga, korteks visual yang menangkap impuls saraf dari mata, begitu pula dengan organ pernginderaan yang lain), dari bermacam-macam organ penginderaan, dan dari amygdala (merupakan bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi). Sekali terbentuk, memori itu disimpan di sekitar korteks. Apabila karena suatu hal hippocamus mengalami kerusakan, memori-memori sebelum kejadian tidak terganggu, tetapi kejadian-kejadian selanjutnya tak akan pernah tersimpan dalam memori (hilang begitu saja).

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons