Pages

Selasa, September 14, 2010

Waiting Device (Alat Tunggu)

(Ponorogo, HARISPRADIPTA.blogspot.com)

Pada umumnya, mayoritas orang berpendapat menunggu adalah pekerjaan yang paling tidak menyenangkan, menyebalkan, membosankan dan menghabiskan waktu. Bagi sebagian orang, menunggu bahkan dapat menaikkan tensi darah. Seperti yang terjadi pada pacar saya. Ketika saya mulai telat datang saat janjian, bahkan terkadang lupa. Dia akan mulai ngambek, marah, hingga ingin mencakar-cakar. Maka dari latar belakang itulah dirasa perlu saya terangkan apa itu waiting device yang telah lama ampuh mengisi waktu saya saat saya harus menunggu sesuatu.

Dalam beberapa kondisi, saat kita menunggu sesuatu kadang di sekitar kita tidak ada orang, atau tidak ada orang yang kita kenal, atau juga tidak ada orang yang menarik untuk diajak berkenalan. Misalnya kakek tua yang mengenakan headset. Perlu ditekankan bahwa dia tidak mendengarkan mp3, namun headset tersebut adalah alat bantu dengar. Sangat tidak nyaman jika setelah kita mulai berekenalan dengan dia justru kita menghabiskan energi dengan bercakap-cakap menggunakan suara tinggi atau malah sampai berteriak-teriak.

Contoh kasus di atas diharapkan tidak sampai terjadi pada kita, maka inilah beberapa waiting device yang selama beberapa tahun terakhir terbukti ampuh dan efektif kinerjanya setelah saya coba.

Device #1: Food
Alat pertama ini cukup efektif mengisi waktu saya ketika saya menunggu. Namun alat ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu cepat habis.

Syarat makanan agar dapat menjadi sebuah waiting device adalah praktis, dalam arti mudah dibawa, dan ringan. Bagi beberapa orang, syarat ini bersifat relatif. Bagi saya satu piring nasi adalah makanan ringan untuk ngemil, namun sangat tidak praktis. Maka saya memilih snack, yang memiliki bungkus plastik, atau buah-buahan. Buah-buahan terbukti dapat meningkatkan mood kita saat kita harus melakukan kegiatan menunggu. Namun tidak disarankan untuk mengkonsumsi pisang secara berlebihan, kandungan potasium pada pisang akan membuat anda berhalusinasi.

Pisang

Beberapa makanan yang disarankan adalah kuaci dan kacang. Kedua makanan ini bisa mengatasi kelemahan alat #1 ini, yaitu cepat habis.

Device #2: Mp3 Player
Mendengarkan suara di sekitar kita pada saat menunggu dapat menyebabkan kebosanan akut, suara-suara tersebut akan terdengar monoton dan membuat telinga tidak nyaman. Misalnya menunggu di dalam angkot yang sedang ngetem. Suara deru mesin dan hembusan nafas Pak Sopir dapat membuat anda emosi ketika terlalu lama mendengarkannya.

Maka mp3 player adalah solusinya. Beberapa syarat dari mp3 player sebagai alat #2 seperti lagu yang didengarkan adalah lagu favorit kita, mp3 player tersebut diharapkan adalah bukan barang pinjaman dan memakai headset.

Ini bukan ipod, namun cukup ampuh

Alat #2 ini tidak bekerja dengan baik ketika lagu yang didengarkan bukan lagu yang dikehendaki. Seperti misal, saya sekarang suka mendengarkan lagu-lagu Bring Me The Horizon atau Avenged Sevenfold, maka tidak akan bekerja efektif jika lagu tersebut diganti dengan lagu dari The P*tter atau H*jau D*un yang mendayu-dayu.

Syarat ke dua adalah mp3 player ini bukan barang pinjaman. Karena memakai barang pinjaman bisa sangat beresiko dan sang pemilik mempunyai hak untuk mengambilnya sewaktu-waktu.

Syarat yang ketiga adalah memakai headset, hal ini bersifat kondisional atau tergantung selera. Karena mp3 player tidak begitu bekerja dengan baik ketika tidak didengarkan melalui headset. Dan juga, saat mp3 player didengarkan tidak melalui headset, misalnya, saat menunggu di dalam angkot yang sedang ngetem, suara deru mesin dan nafas Pak Sopir masih akan terdengar.

Radio/tape juga bisa menjadi pilihan asal radio/tape tersebut mudah dibawa dan portabel.

Device #3: Book
Ketika alat #1 sudah habis. Dan kemudian saat mengenakan alat #2 mata kita tidak dapat mengatasi kebosanan, maka buku adalah alat efektif yang dapat menjadi pilihan selanjutnya.

Kadang, saat kita mendengarkan mp3 player, mata kita haus akan obyek yang dapat dipandang. Dalam beberapa kondisi, obyek-obyek yang kita harapkan hadir/lewat untuk dilihat tidak kunjung datang. Bahkan, misalnya, saat kita melakukan aktivitas menunggu di pasar, tidak jarang kita melihat orang gila yang melakukan aksi nudist. Hal ini sangat tidak nyaman dilihat. Maka solusinya adalah melepaskan dahaga mata dengan membaca.

Kata Oom Tantowi Yahya saat menjadi duta perpustakaan,” Buku adalah jendela dunia.” Maka dapat dikatakan alat #3 ini adalah alat yang memiliki manfaat plus-plus. Beberapa syarat buku yang dapat menjadi waiting device adalah, buku tersebut menarik untuk dibaca dan praktis dibawa.

Salah Pilih Novel

Buku menjadi tidak efektif ketika buku tersebut tidak menarik. Alih-alih melepaskan dahaga, kita akan menjadi mengantuk jika memaksakan membaca buku yang tidak menarik. Kemudian syarat ke dua adalah buku tersebut paktis dibawa. Tidak disarankan membawa almanak yang memiliki 1000 halaman, tidak seimbang saat kita hanya harus menunggu 5 menit tapi harus membawa beban buku beberapa kilogram.

Koran atau tabloid juga dapat menjadi pilihan. Selain informatif kedua media ini selanjutnya juga dapat menjadi kipas saat kepanasan atau juga sebagai alat duduk.

Device #4: Rubic Cube
Bagi beberapa orang, membaca memiliki ambient tertentu. Yaitu batas dimana mata menjadi bosan atau dahaga untuk membaca sudah terpenuhi. Maka alat selanjutnya yang saya sarankan adalah Rubik.

Rubik fosfor dapat menyala dalam gelap

Terdapat beberapa macam jenis rubik yang ada di pasaran, mulai rubik 2 x 2 yang untuk gantungan kunci, rubik 3 x 3 yang umum digunakan, hingga rubik-rubik aneh seperti megaminx yang berbentuk segi enam.

Untuk menyelesaikan rubik yang umum digunakan, yaitu rubik 3 x 3, hingga warna di enam sisinya tersusun sempurna, dapat mencapai tiga hingga lima menit (bagi non-ahli). Maka rubik cukup efektif untuk mengisi waktu saat melakukan kegiata menunggu.

Bagi yang sudah ahli, misalnya yang dapat menyelesaikan rubik hanya dengan beberapa kejapan mata, disarankan mengulang-ulang mengacak dan menyusunnya kembali beberapa kali. Bisa juga mencoba mencoba menyelesaikan rubik dengan beberapa variasi gaya, seperti menyelesaikan rubik menggunakan satu tangan kanan, satu tangan kiri, menggunakan kaki, atau juga tanpa tangan menggunakan kekuatan pikiran seperti Deddy Corbuzier.

Device #5: Cellphone
Alat terakhir adalah hape. Kadang hape menjadi pilihan pertama bagi penggemar facebook (baca: feshbuuk) atau penggila chatting online. Namun bagi saya yang hingga saat ini masih menggunakan hape tipe low end, hape menjadi waiting device nomor terakhir.

Nokia seri 6030

Fungsi hape sebagai waiting device sangatlah banyak dan sangat umum. Hingga banyak sekali yang dapat dilakukan dengan perangkat satu ini. Semakin canggih hape tersebut, makan semakin efektif hape digunakan sebagai waiting device. Namun jika kecanggihan hape yang dimiliki terbatas, hape bisa ditempatkan pada urutan terakhir yang mana hanya berperan saat ada panggilan pada waktu melakukan kegiatan menunggu.

Bagi saya pribadi, kelima alat di atas adalah barang yang wajib dibawa ketika saya berjarak lebih dari 200 meter dari rumah. Yang mana hal ini juga saya sarankan bagi para pembaca yang memiliki kelemahan tidak menyukai kegiatan menunggu. Karena dengan alat-alat di atas, menunggu menjadi hal yang tidak begitu menyiksa dan membosankan.

Sabtu, September 04, 2010

Menghitung Kebutuhan Pekerja untuk Pekerjaan Pasangan Dinding

(Malang, HARISPRADIPTA.blogspot.com)

Menindak lanjuti post saya beberapa waktu yang lalu yang berjudul Membuat Kurva S dan sekaligus menjawab permintaan sahabat blog yang mengirim email meminta penjelasan prosedur perhitungan kebutuhan pekerja untuk pekerjaan pasangan dinding, maka kini saya sajikan prosedur perhitungan kebutuhan pekerja untuk pekerjaan pasangan dinding.

Hasil dari perhitungan yang akan saya jelaskan nantinya akan sangat berpengaruh pada kecepatan pelaksanaan pekerjaan pasangan dinding dan juga berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini. Perhitungan yang saya jelaskan di bawah ini adalah hasil laporan Proyek Akhir saya yang telah mendapatkan persetujuan dan bimbingan para dosen Teknik Sipil, khususnya bidang Manajemen Konstruksi, yang berkompeten dalam bidangnya.

Pada post ini saya sajikan dua buah perhitungan, yaitu pekerjaan pasangan dinding menggunakan bata merah dan dengan menggunakan bata ringan (ALC) dari Citicon. Hal ini dimaksudkan agar dapat dibandingkan antara keduanya disamping memberikan gambaran umum tentang pekerjaan pasangan dinding.

Hal-hal yang harus diketahui terlebih dahulu dalam perhitungan ini adalah:
1. Komposisi satu tim pekerja, yang meliputi Mandor, Tukang dan Pembantu Tukang.
2. Kemampuan satu tim pekerja perharinya.
Kedua hal tersebut bisa didapatkan melalui penelitian maupun pengalaman di lapangan.

Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan

Satu tim pekerja pasangan dinding menggunakan bata ringan (ALC) terdiri dari 3 tukang dan 2 pembantu tukang. Dari hasil pengamatan didapat:

a) Hari pertama
Tukang 1 = 4,5 m x 1,5 m = 6,75 m^2
Tukang 2 = 4 m x 1,5 m = 6 m^2
Tukang 3 = 5 m x 1,5 m = 7,5 m^2
Total hasil pekerjaan pada hari pertama = 20,25 m^2.

b) Hari kedua
Tukang 1 = 4,8 m x 1,5 m = 7,2 m^2
Tukang 2 = 5,2 m x 1,5 m = 7,8 m^2
Tukang 3 = 5 m x 1,5 m = 7,5 m^2
Total hasil pekerjaan pada hari kedua = 22,5 m^2.

c) Hari ketiga
Tukang 1 = 4,2 m x 1,5 m = 6,3 m^2
Tukang 2 = 4 m x 1,5 m = 6 m^2
Tukang 3 = 4,8 m x 1,5 m = 7,2 m^2
Total hasil pekerjaan pada hari ketiga = 19,5 m^2.

Maka didapatkan rata-rata hasil pekerjaan perharinya = 20,75 m^2



Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Merah

Satu tim pekerja pasangan dinding terdiri dari 1 tukang dan 2 pembantu tukang. Dari hasil pengamatan didapat:

a) Hari pertama
Hasil kerja = 8 m x 2 m = 16 m2
Hasil pekerjaan pada hari pertama = 16 m2.

b) Hari kedua
Hasil kerja = 6 m x 2 m = 12 m2
Hasil pekerjaan pada hari kedua = 12 m2.

c) Hari ketiga
Hasil kerja = 6 m x 2 m = 12 m2
Hasil pekerjaan pada hari ketiga = 12 m2.

Maka didapatkan rata-rata hasil pekerjaan perharinya = 13,3 m^2



Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pekerjaan pasangan dinding menggunakan bata ringan dapat dikerjakan oleh 0,048 tim perharinya atau dengan kata lain 1 tim dapat mengerjakan 1 m^2 pekerjaan dalam 0,048 hari.

Begitu pula dengan pekerjaan pasangan dinding menggunakan bata merah, pekerjaan ini dapat diselesaikan 0,075 tim perharinya atau dengan kata lain 1 tim dapat mengerjakan 1 m^2 pekerjaan dalam 0,075 hari.

Hasil perhitungan ini bersifat relatif tergantung kemampuan dan keahlian masing-masing tim yaitu yang terdiri dari mandor, tukang dan pembantu tukang. Penjelasan di atas dimaksudkan memberikan gambaran tentang prosedur perhitungan kebutuhan pekerja (tim) dalam pekerjaan pasangan dinding.

Sebagai tambahan referensi silakan download file perhitungan RAB di sini.

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons