Salah satu aspek penting ketika kita berhadapan dengan dunia yang peduli “waktu adalah semua kejadian” (seperti ketika anda sedang membaca artikel ini) akan masuk ke dalam hippocamus(3) dan ditempatkan sesuai dengan waktu yang disebutkan, “sekarang…, sejenak yang lalu…, sebelumnya…” misalnya bahwa kita baru saja menyadari sedang membaca kata-kata dalam artikel ini setelah kata-kata sebelumnya. Hippocamus memberikan label waktu pada semua hal
Pelabelan waktu ini sangat penting. Jika kita tidak mengurutkan hal-hal yang terjadi, kita seperti menonton film dengan urutan frame yang acak. Hari kita akan sangat kacau. Bahkan gagasan “hari” tidak akan berarti. Matahari akan selalu muncul dalam pikiran anda. Pengalaman setiap kejadian dalam kehidupan kita tersusun dalam sebuah bagan waktu mental.
Secara berbarengan kita membandingkan setiap pengalaman baru dengan ingatan dan harapan yang telah tersimpan dalam otak. Jika pengalaman kejadian tertentu, yang sedang dalam perjalanan untuk disunting menjadi film, gagal mendapatkan label waktu, korteks berasumsi bahwa kejadian itu tidak cocok dimasukkan ke dalam waktu kini dan menganggap kejadian itu berasal dari bagian ingatan – sesuatu yang terjadi di masa lalu. Tapi dalam masa lalu kejadian itu juga tidak ada, maka pengalaman déjà vu selalu terasa samar.
Diambil dari buku Murphy’s Law yang ditulis oleh Richard Robinson.
____________________
- Teori ini pertama kali dikemukakan oleh para ilmuan quantum, yang mana mereka berpendapat bahwa sebuah obyek berpindah ke sebuah jagad paralel dan diam di sana sampai kita membeli penggantinya. Teori ini yang mengungkap mengapa buku kita yang hilang tidak akan kembali atau ketemu saat kita cari-cari sampai kita membeli buku baru penggantinya dan kemudian baru buku itu dapat kita temukan yang ternyata lupa kita taruh di atas meja belajar adik. Namun teori yang lebih masuk akal sudah diungkapkan dua ribu tahun yang lalu oleh Archimedes. Adalah bahwa penglihatan lebih merupakan proses aktif daripada pasif. Alih-alih membiarkan cahaya masuk ke dalam mata, penglihatan justru memancarkan cahaya ke luar, seperti lampu sorot yang menyinari daerah pencarian. Jika cahaya pencarian diarahkan ke sudut yang salah, mereka tidak akan menemukan obyek yang dicari.
- Hal ini seperti ajaran agama Buddha mengenai reinkarnasi.
- Memori memiliki awal di bagian ini, dibuat berdasarkan masukan-masukan dari korteks(semua organ penginderaan memiliki korteks, seperti korteks auditori yang menangkap impuls saraf dari telinga, korteks visual yang menangkap impuls saraf dari mata, begitu pula dengan organ pernginderaan yang lain), dari bermacam-macam organ penginderaan, dan dari amygdala (merupakan bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi). Sekali terbentuk, memori itu disimpan di sekitar korteks. Apabila karena suatu hal hippocamus mengalami kerusakan, memori-memori sebelum kejadian tidak terganggu, tetapi kejadian-kejadian selanjutnya tak akan pernah tersimpan dalam memori (hilang begitu saja).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Penulis mengajak pembaca memberikan donasi untuk pengembangan ilmu. Donasi dapat ditransfer ke rekening berikut a.n. HARIS PRADIPTA PUTRA:
BNI 0242311624
Jika anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut ataupun bantuan seputar artikel di atas, silahkan kontak saya di haris.pradipta[at]gmail.com