Pages

Senin, November 10, 2008

Black Sunday

Bisa jadi nasib gue yang mau gue ceritakan kali ini yang jadi inspirasi gue untuk membuat blog ini. Kata orang-orang, hari ini sedang musimnya blog jadi tempat untuk sharing-sharing pengalaman.

jadi beginim Konon ceritanya pada hari Minggu gue mau balik ke Malang (bukan mau jadi TKI, tapi cuma buat kuliah biasa) Sialnya gue kehujanan pas dalam perjalanan ke terminal mungil satu-satunya di Ponorogo. Jadi singkat cerita gue tidur dalam ketidak-nyamanan di bis gara-gara kehujanan dan sekarang baju gue jadi basah. Tambah lagi, gue paling benci dengan yang namanya bau dan suara bis yang monotone, itu-itu saja, “rrrrrrmmmmm…”, sepanjang jalan apalagi campur-campur bau dakocan, mana gue bisa tahan? Dengan pertimbangan tersebut maka akhirnya gue putuskan untuk menyumbat telinga gue dengan headphone mp3 player gue sepanjang perjalanan. “gludak-gludak-gludak”, suara musik rock alternative di telinga gue, tidak lebih tenang dari suara bis, tapi ini lebih mendingan karena gue suka. Satu jam, dua jam, setiap gue terbangun gue melirik jendela bis Restu yang sedang tidak beruntung gue tumpangi, ternyata masih belum sampai Jombang, kala itu jam menunjukkan pukul sembilan malam, hujan terus rintik-rintik, menambah nafsu gue buat memjamkan mata. Tiga jam gue sudah tidur, gue mulai tertarik lagi buat melirik jendela, bis baru saja masuk kota Jombang, saat itu Beby (cewek gue) masih menikmati ngambeknya. Dia tidak peduli sama sekali dengan apa yang sedang terjadi pada gue. Yang penting ngambek-ngambek dan ngambek, akhirnya gue yang terlantar, oh… betapa malangnya. Nasib malang gue tidak berhenti sampai ketidak-pedulian Beby pada gue, tetapi pilihan gue untuk menyumbat telinga gue ternyata itu juga menjadi sumber kemalangan gue. Gue menjadi tidak bisa mendengan suara dari dunia luar, bahkan suara si Kenek sekali pun, padahal dia sudah teriak-teriak “Jombang terakhir- Jombang terakhir…!!” begitu dia bilang, tapi apalah daya gue tidak mendengar sama sekali. Gue sudah bosan tidur, gue coba melirik ke Jendela, gue mencari-cari toko yang memajang alamatnya pada papan namanya. “Mojokerto”, tertera di papan nama salah satu toko yang gue lihat. “Ah… sekarang memang lagi musim menamai tokonya dengan nama daerah kelahirannya. Seperti di wisata payung, Batu, ada yang menamai café-nya dengan nama Café Ponorogo. Jadi ini tidak mungkin kalau gue nyasar sampai Mojokerto”, begitu pikir gue. Tapi ternyata pikiran gue terlalu dangkal, tidak mungkin semua toko mempunyai nama yang sama, melainkan itu nama daerah tempat toko itu berada. “GUE SEKARANG DI MOJOKERTO”, Oh my God… bagaimana mungkin, besok rencana gue akan kuliah… akhirnya gue pasrah. Gue akan menyalahkan Beby sebagai biangnya, gara-gara dia ngambek, gue nyasar samapai kota Mojokerto. Akhirnya sepanjang jalan terjadi gue berantem sama Beby lewat sms, cukup aman daripada tereak-tereak lewat telfon, tidak enak sama tetangga. Tapi di hati gue merana…

Singkat cerita, gue sampai di Malang sudah larut malam, sepi... perasaan gue mulai tidak enak. gue keluar dari terminal hanya ada taksi-taksi. "Gue mahasiswa kere, bro. Tidak mungkin mau sok naik taksi", ada yang bilang seperti itu di belakang kepala gue. Akhirnya gue memilih untuk ngeloyor pergi menjauhi taksi-taksi yang sedang memanggil-manggil untuk menjanjikan tumpangan yang nyaman. Satu langkah, dua langkah, gue belum menyesal pergi menjauh dari taksi-taksi itu. Gue berniat untuk mencari angkot, murah & meriah, itu angan-angan gue. Langkah gue sudah semakin banyak, mungkin sudah 300 m, gue belum juga melihat tanda-tanda adanya angkot. Perasaan gue semakin tidak enak, "Barang kali, supir angkotnya ketiduran di jalan?", gue tidak peduli, masalahnya sekarang gue sudah mengantuk dan gue belum juga melihat angkot. Didorong nafsu untuk tidur, bakat survival gue muncul, gue melihat ada warnet di belakang gue, ini berita bagus untuk seorang survivor (baca: orang kesasar). Akhirnya gue masuk warnet itu, gue pesan paket sampai pagi cuma sepuluh ribu. Akhirnya gue tidur di depan komputer, persetan komputernya mau ngeliatin orang tidur, yang penting gue dapat penginapan gratis hanya dengan satu lembar puluhan ribu, gue bangga sekali dengan ide gue. Gue tidur pulas sampai pagi, bahkan sampai kesiangan, jadi senin itu juga gue bolos kuliah.

0 comments:

Posting Komentar

Penulis mengajak pembaca memberikan donasi untuk pengembangan ilmu. Donasi dapat ditransfer ke rekening berikut a.n. HARIS PRADIPTA PUTRA:

BNI 0242311624

Jika anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut ataupun bantuan seputar artikel di atas, silahkan kontak saya di haris.pradipta[at]gmail.com

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons