Pages

Jumat, Juli 24, 2009

Keunggulan Dinar-Emas dan Dirham-Perak [Solusi untuk Bangkit dari Krisis Ekonomi Global]


Ketika dunia menggunakan emas dan perak sebagai mata uang, tidak pernah terjadi sama sekali masalah-masalah moneter (masyakil naqdiyyah), seperti inflasi, fluktuasi nilai tukar, dan anjloknya daya beli. Profesor Roy Jastram dari Berkeley University AS dalam bukunya The Golden Constant telah membuktikan sifat emas yang tahan inflasi. Menurut penelitiannya, harga emas terhadap beberapa komoditi dalam jangka waktu 400 tahun hingga tahun 1976 adalah konstan dan stabil.

Masalah-masalah moneter itu justru terjadi setelah dunia melepaskan diri dari standar emas dan perak serta berpindah ke sistem uang kertas (fiat money), yaitu mata uang yang berlaku semata karena dekrit pemerintah, yang tidak ditopang oleh logam mulia seperti emas dan perak. Dalam sistem Bretton Woods yang berlaku sejak 1944, dolar masih dikaitkan dengan emas, yaitu uang $35 dolar AS dapat ditukar dengan 1 ounce emas (31 gram). Namun pada 15 Agustus 1971, karena faktor ekonomi, militer, dan politik, Presiden AS Richard Nixon akhirnya menghentikan sistem Bretton Woods itu dan dolar tak boleh lagi ditukar dengan emas. Mulailah era nilai tukar mengambang global yang mengundang banyak masalah. Dolar semakin terjangkit penyakit inflasi. Pada tahun 1971 harga resmi emas adalah $38 dolar AS per ounce. Namun pada tahun 1979 harganya sudah melonjak jadi $450 dolar AS per ounce.

Masalah-masalah moneter seperti itu hanya dapat diatasi oleh mata uang emas dan perak saja. Mengapa? Sebab emas dan perak mempunyai banyak keunggulan. Telaah ini bertujuan mengupas lebih dalam mengenai keunggulan-keunggulan sistem emas dan perak tersebut, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam kitabnya Al-Amwal fi Daulah Al-Khilafah (2004), khususnya bab Fawa`id Nizham Adz-Dzahab wa Al-Fidhdhah.

Syaikh Zallum menerangkan setidaknya terdapat 6 (enam) keunggulan mata uang emas dan perak sebagai berikut (h. 224-227) :

Pertama, emas dan perak adalah komoditi, sebagaimana komoditi lainnya, semisal unta, kambing, besi, atau tembaga. Untuk mengadakannya perlu ongkos eksplorasi dan produksi. Komoditi ini dapat diperjualbelikan apabila ia tidak digunakan sebagai uang. Jadi, emas dan perak termasuk uang komoditi/uang barang (commodity money). (Nasution, 2008:241). Artinya, emas dan perak mempunyai nilai intrinsik (qimah dzatiyah) pada dirinya sendiri. Beda dengan uang kertas yang tidak memiliki nilai intrinsik pada barangnya sendiri.

Maka dengan menggunakan mata uang emas dan perak, suatu negara tidak akan dapat mencetak mata uang sesukanya lalu mengedarkannya ke pasar. Ini berbeda dengan uang kertas, suatu negara dapat saja mencetak uang kertas berapa pun ia mau, karena uang kertas tidak mempunyai nilai intrinsik pada dirinya sendiri. Ilustrasinya, untuk mencetak lembaran uang satu dolar AS, biayanya 4 sen dolar. Dengan anggapan 1 dolar senilai Rp 10.000, maka nilai 4 sen dolar hanya Rp 400 (1 dolar = 100 sen dolar). Kalau mau mencetak lembaran 100 dolar, biayanya juga masih sekitar 4 sen dolar itu. Inilah yang mengakibatkan The Fed (Bank Sentral AS) sangat leluasa mencetak dolar hampir unlimited sehingga menimbulkan inflasi permanen. Namun untuk mencetak 1 lembaran uang senilai 1 dinar emas, diperlukan emas seberat 4,25 gram. Maka negara yang menggunakan standar dinar tidak bisa mencetak uang semaunya, kecuali dalam batas kuantitas emas yang dimilikinya. Uang yang beredar hanya bisa ditambah ketika negara menerima sejumlah emas baru dari pihak luar. Sebaliknya uang yang beredar bisa berkurang kalau ada orang yang menukarkan sebagian uangnya dengan emas.

Kedua, sistem emas dan perak akan menimbulkan kestabilan moneter. Tidak seperti sistem uang kertas yang cenderung membawa instabilitas dunia dikarenakan penambahan uang kertas yang beredar secara tiba-tiba. Emas biasanya tidak mudah ditemukan dalam jumlah berlimpah. Dalam perkiraan terbaik, persediaan emas global dalam 300 tahun terakhir hanya bertambah rata-rata 2 % per tahun. Tingkat pertumbuhan ini jauh di bawah pertumbuhan uang beredar berdasarkan perbankan modern yang menggunakan uang kertas. Dalam setahun, seluruh industri tambang emas dunia hanya menghasilkan kira-kira 2000 ton emas, sangat jauh di bawah produksi baja di AS saja yang menghasilkan 10.500 ton per jamnya pada tahun 1995.

Ketiga, sistem emas dan perak akan menciptakan keseimbangan neraca pembayaran antar-negara secara otomatis, untuk mengoreksi ketekoran dalam pembayaran tanpa intervensi bank sentral. Mekanisme ini disebut dengan automatic adjustment (penyesuaian otomatis) yang akan bekerja menyelesaikan ketekoran dalam perdagangan (trade imbalance) antar negara.

Mekanismenya : jika suatu negara (misal negara A) impornya dari negara B lebih besar daripada ekspornya, maka akan makin banyak emas dan perak yang mengalir dari negara A itu ke negara B. Ini karena emas dan perak digunakan sebagai alat pembayaran. Kondisi ini akan mengakibatkan harga-harga di dalam negara A turun, lalu menyebabkan harga-harga komoditi dalam negara A lebih murah daripada komoditi impor dari negara B, dan pada gilirannya akan mengurangi impor dari negara B. Sementara dalam sistem uang kertas, jika terjadi ketekoran semacam ini, negara A akan mencetak lebih banyak uang, sebab tak ada batasan untuk mencetaknya. Tindakan ini justru akan meningkatkan inflasi dan menurunkan daya beli pada uang di negara A.


Dalam sistem emas dan perak, negara tidak mungkin mencetak uang lagi, selama uang yang beredar dapat ditukar dengan emas dan perak pada tingkat harga tertentu. Karena negara khawatir tidak akan mampu melayani penukaran tersebut.

Keempat, sistem emas dan perak mempunyai keunggulan yang sangat prima, yaitu berapapun kuantitasnya dalam satu negara, entah banyak atau sedikit, akan dapat mencukupi kebutuhan pasar dalam pertukaran mata uang. Jika jumlah uang tetap, sementara barang dan jasa bertambah, uang yang ada akan mampu membeli barang dan jasa secara maksimal. Jika jumlah uang tetap, sedang barang dan jasa berkurang, uang yang ada hanya mengalami penurunan daya beli. Walhasil, berapa pun jumlah uang yang ada, cukup untuk membeli barang dan jasa di pasar, baik jumlah uang itu sedikit atau banyak.

Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk sistem uang kertas. Jika negara mencetak semakin banyak uang kertas, daya beli uang itu akan turun dan terjadilah inflasi. Jelaslah, sistem emas dan perak akan menghapuskan inflasi. Sedang sistem uang kertas sebaliknya akan menyuburkan inflasi.

Kelima, sistem emas dan perak akan mempunyai kurs yang stabil antar negara. Ini karena mata uang masing-masing negara akan mengambil posisi tertentu terhadap emas atau perak. Dengan demikian, di seluruh dunia hakikatnya hanya terdapat satu mata uang, yaitu emas atau perak, meski mata uang yang beredar akan bermacam-macam di berbagai negara.

Benar hanya ada satu mata uang, karena satu ounce koin emas (31 gram) di AS, tidak akan berbeda dengan satu ounce koin emas di Jepang, Jerman, atau Perancis. Mungkin satu ounce emas itu akan diberi nama yang berbeda-beda di masing-masing negara ini, apakah diberi nama 20.000 Yen (Jepang), 200 Deutschemark (Jerman), 10.000.000 Rupiah (Indonesia), atau 1000 Franc (Perancis). Tetapi tidak akan ada biaya transaksi signifikan yang menggambarkan perbedaan kurs. Konsekuensinya, spekulasi mata uang asing (valas) tidak akan dapat lagi dilakukan dan perdagangan internasional pun akan makin bergairah, karena emas dan perak telah menghindarkan para eksportir/importir dari sumber ketidakpastian yang terbesar, yaitu kurs yang tidak tetap (fluktuatif).

Keenam, sistem emas dan perak akan memelihara kekayaan emas dan perak yang dimiliki oleh setiap negara. Jadi emas dan perak tidak akan lari dari satu negeri ke negeri lain. Negara manapun tidak memerlukan pengawasan untuk menjaga emas dan peraknya. Mengapa? Sebab emas dan perak itu tidak akan berpindah secara percuma atau ilegal. Emas dan perak tidak akan berpindah kecuali menjadi harga bagi barang atau jasa yang memang hal ini dibolehkan syara'. Contohnya : untuk mengimpor bahan pangan, alat-alat berat, persenjataan, atau untuk membayar tenaga ahli dari berbagai bidang dari luar negeri yang diperlukan untuk membangun negara Khilafah. Dengan kata lain, tidak akan ada keuntungan investasi asing yang dapat diterjemahkan sebagai kerugian mata uang dalam negeri.

_______________________________________
dikutip dari http://khilafah1924.org
daftar bacaan :
Abu Ar-Rasytah, Atha, Al-Azmat Al-Iqtishadiyah : Waaqi'uhaa wa Mu'aalajuthaa min Wijhah Nazhar Al-Islam, www.hizb-ut-tahrir.info

Al-Maliki, Abdurrahman, As-Siyasah Al-Iqtishadiyah Al-Mutsla, (T.tp. : T.p), 1963

An-Nabhani, Taqiyuddin, An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam, (Beirut : Darul Ummah), 2004

El-Diwany, Tarek, The Problem with Interest : Sistem Bunga dan Permasalahannya, Penerjemah Amdiar Amir, (Jakarta : Akbar Media Eka Sarana), 2003

Hamidi, M. Luthfi, Gold Dinar Sistem Moneter Global Yang Stabil dan Berkeadilan, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing), 2007

Hasan, Ahmad, Mata Uang Islami (Al-Awraq Al-Naqdiyyah fi Al-Iqtishad A-Islami), Penerjemah Saifurrahman Barito & Zulfikar Ali, (Jakarta : RajaGrafindo Persada), 2005

Lubis, Abdur-Razzaq dkk, Jerat Utang IMF? Sebuah Pelajaran Berharga Bagi Para Pemimpin Bangsa-Khususnya Indonesia (Discredit Interest-Debt!), Penerjemah Rofik Suhud, (Bandung : Mizan), 1998

Nasution, Mustafa Edwin dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana), 2007

Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta : Kencana), 2008

Salim, Fathi Muhammad, An-Naqd Ad-Duali, (T.tp. : T.p), Tt

Thabib, Hamad Fahmi, Hatmiyyah Inhidam Ar-Ra`sumaliyyah Al-Gharbiyyah, (T.tp. : T.p), 2003

Yusanto, Ismail dkk (Editor), Dinar Islam : Solusi Krisis Moneter, (Jakarta : PIRAC, SEM-Institute, Infid), 2001

Zallum, Abdul Qadim, Al-Amwal fi Daulah Al-Khilafah, (Beirut : Darul Ummah), Cetakan III, 2004

Minggu, Juli 19, 2009

Bom Lagi di Indonesia [Indonesia yang Sedang Sakit Menunggu Perubahan]

Pemilihan umum presiden tahun 2009 belum lama usai. Perhitungan suaranya pun belum secara resmi selesai dan mengumumkan pemenangnya sebagai presiden terpilih untuk lima tahun ke depan. Namun Indonesia sudah diteror dengan ledakan bom di Ibu Kota. Kemudian menyusul statemen dari Presiden incumbent, yang sudah diprediksikan akan menang dalam  pemilihan umum 2009, bahwa beliau diteror. Data dari intelijen menyatakan terdapat pihak yang tidak berkenan jika Presiden incumbent sekarang menjabat kembali menjadi presiden  untuk masa jabatan yang akan datang. Jika benar ledakan bom di dua hotel di Ibu Kota adalah bermuatan politik, sebobrok itukah moral bangsa Indonesia saat ini?



Demokrasi yang diagung-agungkan justru menjadi teror bagi suatu pihak. Sang pemenang dalam pemilihan pemimpin bangsa tidak tenang dengan kemenangannya. Yang kalah lantas mencari kesalahan dan kelemahan Sang Pemenang. Jika telah jelas di depan mata mengenai kebobrokan demokrasi dan praktiknya, mengapa tidak juga kunjung ditinggalkan dan diganti?

Taruhlah sistem Islam sebagai contohnya, dalam pemilihan pemimpinnya, yang selalu menggunakan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat. Sang calon pemimpin yang akan dipilih tidak perlu menghamburkan dana dengan kampanyenya yang menggembor-gemborkan ambisinya untuk duduk di kursi pemimpin. Karena para pemimpin islam tahu bahwa menjadi seorang pemimpin adalah tanggung jawab yang teramat berat. Di samping itu para penentu dalam musyawarah pemilihan pemimpin di Islam adalah para alim yang tidak disilaukan oleh gemerlap dunia. Dan juga, dalam Islam sama sekali tidak menggunakan sistem adu suara sebagai penentu utama kemenangan seseorang untuk menjadi pemimpin.

Lalu bagaimana sekarang jika kita tengok tanah air kita tercinta Indonesia? Pancasila yang menjunjung tinggi permusyawaratan sudah ditinggalkan. Adu suara (voting) menjadi penentu utama pemenang dalam pemilihan. Hingga yang menang akan menjadi tinggi hati dan yang kalah menjadi iri hati. Lalu akan sampai kapan kondisi seperti ini akan dipertahankan? Jikapun ada sebuah ideologi yang mampu mengentaskan Indonesia dari kondisi ini, entah itu ideologi Islam ataukah yang lain. Yang jelas Indonesia yang sakit kini sedang membutuhkannya. Namun dunia sudah menyaksikan betapa sempurnanya sistem pemerintahan Islam yang telah berakhir pada zaman Turki Usmani oleh penjajah yang justru menyeret dunia pada krisis global berkepanjangan hingga kini. Mungkinkah ideologi ini dijalankan di Indonesia? Mungkinkah Islam akan tegak di Indonesia? Apakah keberagaman Indonesia akan menjadi penghalangnya?

Rabu, Juli 15, 2009

PKM 2009 [download pedoman PKM 2009]


mengutip dari rudi.staff.ac.id mengenai PKM, mengatakan bahwa lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Dan jika saja seorang lulusan perguruan tinggi tidak mempunyai satu saja dari keempat hal tersebut maka maka mutu lulusan akan diragukan. Rudi juga mengatakan bahwa sinergi keempat-empatnya akan bla...bla...bla... (gue bingung memahaminya). Yang pada intinya semua itu dihasilkan bila seseorang (mahasiswa calon lulusan) mempunyai kreativitas yang merupakan gabungan dari 3 faktor dalam diri manusia yaitu PIKIRAN, PERASAAN dan KETERAMPILAN. Dan dalam pikiran terdapat imajinasi, persepsi, dan bla...bla...bla... (selengkapnya ada di buku pedoman PKM yang dapat di donlot dengan klik link ini

Sekarang bagaimana dengan gue sendiri? apakah mempunyai persyaratan sebagai makhluk, dengan gelar Mahasiswa, yang berkualitas. Gue saja baru mengetahui apa yang namanya PKM itu dan mulai tertarik mengasah kreativitas gue. Beberapa judul telah gue siapkan dan ternyata tidak satupun yang berbau kreativ. Namun apa salahnya jika mencoba. Besok gue akan maju ke dosen pembimbing untuk memastikan apakah gue benar-benar tidak kreativ. Untuk sementara gue belum berani untuk mempublish (bakal) judul PKM, dikhawatirkan adanya plagiatist yang lebih cepat tanggap memakai judul tersebut daripada gue.

Bagi teman-teman yang tertarik untuk ikut PKM tahun 2009 ini, jangan sampai PKMnya salah format dan (nahas) ditolak, karena DIKTI (yang terhormat) telah update pedoman PKMnya. Maka saya sarankan untuk donlot pedomannya di link ini.

Terima kasih dan SEMANGAT!

Minggu, Juli 12, 2009

Membudayakan Bahasa Indonesia di Dunia Maya [Keindahan Sastra Bahasa Indonesia]


Seperti apa sih sebenarnya bahasa Indonesia itu?
Bahasa Indonesia terbentuk dari bahasa Melayu (Austronesia) yang kemungkinan telah dipakai sejak abad- abad awal penanggalan modern. Bahasa ini sering disebut bahasa Melayu Pasar karena bahasa ini sering dipergunakan dalam transaksi - transaksi perdagangan kala itu. Seperti yang dikatakan oleh Jan Huyghen Van Linschoten di dalam bukunya yang terkenal, Itinerario menuliskan bahwa Malaka adalah kota tempat berkumpulnya nelayan di seluruh dunia, kemudian mereka mendirikan sebuah kota dan menciptakan bahasa mereka sendiri dengan mengambil kata-kata terbaik dari bahasa-bahasa di sekitar mereka sehingga bahasa Melayu dikenal sebagai bahasa yang paling sopan dan paling pas di kawasan Timur Jauh.

Bahasa Indonesia merupakan bentuk dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya berasal dari bahasa Melayu Riau. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". Atau seperti yang diungkapkan pada kongres Bahasai Indonesia II tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia."

Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai bahasa nasional pada peristiwa sumpah pemuda (28 Oktober 1928). Namun penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional pertama kali dikemukakan oleh Muh Yamin pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, yang isinya yaitu,


1. PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
2. KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
3. KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Dan hingga saat ini bahasa Indonesia masih terus mengalami penambahan kosa kata baik melalui penciptaan maupun serapan. Bahasa Indonesia sendiri terdiri dari berbagai komposisi kata yang diserap dari bahasa asing seperti bahasa Belanda, Inggris, Sanskerta, Cina, Arab, Parsi, Hindi Portugis dan sebagainya.

Namun ironisnya Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai ditinggalkan pemiliknya. Dan justru kebanyakan dari yang meninggalkan Bahasa Indonesia adalah para generasi muda yang lebih memilih bahasa gaul (bahasa Indonesia yang digunakan dengan semaunya sendiri tanpa mengindahkan kaidah yang berlaku dan terkadang justru diplesetkan). di sebuah artikel di majalah TEMPO yang berjudul “Secara Gue Gaul Gitu Loh”, menurut Qaris Tajudin bahasa gaul mulai umum digunakan pada tahun 1970-an yang diambil dari novel karya Teguh Esha yang berjudul “Ali Topan Anak Jalanan” (1972) .saat itu Teguh memperkenalkan istilah baru yang disadap dari bahasa Indonesia yang disebutnya sebagai bahasa gaul seperti “Asoy” yang sama dengan “Asyik” dan “Ajojing” sebagai ganti “berdisko”. Kini para generasi muda di Indonesia tidak lagi mempunyai semangat untuk mempelajari dan melestarikan bahasa nasional kita, bahasa Indonesia padahal dahulu pemuda dan pemudi Indonesia berjuang dengan sepenuh hati mempersatukan Indonesia hingga pada akhirnya Sumpah Pemuda. Padahal Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat istimewa. Bebarapa fakta mengenai bahasa indonesia adalah

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah jika dibandingkan dengan beberapa bahasa lain di penjuru dunia. Karena bahasa ini tidak memiliki tingkatan kata atau pun kalimat. Jadi walau pun kejadian tersebut terjadi kemarin, sekarang atau pun besok, kata yang dipergunakan tetap sama. Lain halnya denang bahasa lain, dalam hal ini misalnya bahasa Inggris atau bahasa Arab yang termasuk juga bahasa yang terindah selain bahasa Indonesia

Contoh:
Kemarin : Adik membeli buku kemarin sore
Sekarang: Adik membeli buku saat ini.

Bandingkan dengan bahasa Inggris dan Arab berikut dan lihat tulisan yang bercetak tebal,

Kemarin : Yesterday my brother bought some books.
Sekarang: My father buy some books.

Kemarin : Isytaro akhi as-shaghir al-kutuba fi al-masa’i.
Sekarang: Yasytari akhi as-shaghir al-kutuba al-an.

Selain itu jumlah benda pada bahasa Indonesia pun tak mempengaruhi kata yang diterangkan.

Contoh :
[Indonesia] satu buku  [Inggris] a book           [Arab] kitab
[Indonesia] dua buku   [Inggris] two books     [Arab] kitabani
[Indonesia] tiga buku   [Inggris] three books  [Arab] tsalatsu kutub

Pada mulanya bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang digunakan di pasaran yang terdiri dari gabungan bahasa-bahasa para pedagang yang datang dari seluruh penjuru dunia yang singgah berdagang di Melayu. Karena menjadi bahasa yang dianggap paling sopan di kawasan Timur maka bahasa Melayu ini semakin dikembangkan dan kemudian menjadi pondasi Bahasa Indonesia yang digunakan hingga saat ini. Karena itulah Bahasa Indonesia disebut bahasa yang kaya, karena tumbuh dari budaya seluruh penjuru dunia selain tanpa meninggalkan budaya kesopanan Timur. Kemudian bahasa Indonesia terus mengalami penyempurnaan seperti adanya EYD atau Ejaan Yang Disempurkan, sehingga Bahasa Indonesia disamping menjadi bahasa yang kaya juga menjadi bahasa yang indah.

Bahasa Indonesia ternyata tidak hanya dipelajari oleh bangsa Indonesia saja. Bahasa Indonesia sendiri kini tengah dipelajari oleh warga Negara di Australia. Alasan warga Negara Australia mempelajari bahasa Indonesia adalah karena mereka tertarik dengan budaya bangsa Indonesia dan ingin memperdalam pengetahuan akan Indoensia dengan mempelajari bahasa Indonesia.

Dari www.kompas.com, Rabu, 29 Oktober 2008. Menurut Andri Hadi bahasa Indonesia kini mulai dipelajari oleh 45 negara di dunia, negara yang mempelajari bahasa tersebut di antaranya adalah: Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya. Ia menjelaskan jika bahasa Indonesia menjadi bahasa popular keempat di Australia. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia di sana. Bahkan anak-anak murid kelas 6 sekolah dasar di negara tersebut sudah mahir berbahasa Indonesia.

Menurut seorang diplomat Indonesia. Pada bulan Desember 2007 Pemerintah Daerah Kota Ho Chi Minh, ibu kota Vietnam, secara resmi mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di Kota Ho Chi Minh.Selain itu Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta mengatakan, "Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan," Salah satu penyebab bahasa Indonesia begitu diminati oleh bangsa Vietnam antara lain dimungkinkan karena meningkatnya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Vietnam di masa depan.

Dari www.antara.co.id, Selasa, 20 November 2007. Menurut data yang didapat oleh situs tersebut menyatakan bahwa "Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia kita berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin."

Dengan beberapa fakta di atas, tidak ada alasan bagi kita yang mempunyai Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk tidak bangga memakai bahasa ini. Jika mungkin mereka putra-putri Indonesia yang tetap menggunakan bahasa asing pada situs-situs maupun blog-blog mereka dengan alasan agar pemikiran mereka dibaca oleh orang lain di segala penjuru dunia, mengapa putra-putri Indonesia tersebut merasa membutuhkan bahasa asing agar pemikirannya dibaca orang? Bukankah orang-orang dari penjuru dunia tersebut yang butuh kepada ilmu yang dimiliki oleh putra-putri Indonesia. Mari kita tanamkan mental dan pemikiran maju dan mengatakan “Kita adalah bangsa yang dibutuhkan oleh dunia luar karena kita maju” bukan “Kita membutuhkan dunia luar agar kita maju”. Hal ini bisa menjadi pemompa semangat kita sebagai bangsa Indonesia untuk terus maju. Maju karena bangga menggunakan Bahasa Indonesia.

Hidup Bahasa Indonesia…!!


Jumat, Juli 10, 2009

HDD External USB Paket 80GB [Alnect Komputer]

HDD eksternal ini merupakan paket gabungan antara enclosure 2.5" Lexcron "Phecda Drive" dengan HDD internal notebook 80GB Seagate SATA. Enclosure dari lexcron ini sudah mendukung HDD dengan koneksi IDE dan SATA, sehingga suatu saat jika Anda memiliki HDD IDE dan ingin dibaca melalui port USB 2.0 maka tinggal dipasang ke enclosure ini. Hanya dengan banderol Rp. 450.000,- maka HDD eksternal ini pantas untuk dimiliki.



produk dapat anda lihat di : Alnect Komputer

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons