Pages

Selasa, Juni 16, 2009

Sajak Batu Perut

Pemilihan Presiden tinggal menghitung hari lagi, namun seakan masyarakat tidak lagi menaruh harap pada janji perubahan yang diusung para calon presiden. Hal yang paling mendapat perhatian namun tidak kunjung dapat diselesaikan oleh para Presiden terdahulu adalah kemiskinan dan gizi buruk. Terdoronglah saya menulis sebuah sajak atas keprihatinan ini.


"bu, masak yang enak ya!"

mulai terdengar kokok ayam dalam perut
buncitnya

"bu, sekarang menunya apa?"

dengan memukul-mukul kepala,
terlihat linglung:
masih sadar atau sudah berhirup
anyir bau kematian

"ya, sabar, sebentar lagi matang kok!"

memang,
kasih sayang bunda tak pernah
diragukan
apalagi diperjuangkan

30 menit bertahan,
1 jam kantuk merayap di tubuh si kecil

tiba-tiba suara batin meraung keras
membuatnya gelagapan
terjungkal dari ayunan mimpi

"sudah matang bu?"

si kecil mulai bosan
berapa kali ia harus sumpah serapah
menyumpahi:
ibu, perut, juga hasrat

"tidur dulu ya, nak!"
ibu masak enak kok,
makanya agak lama!"

sang ibu kehilangan
otak: kiri, kanan
juga nurani

kembali si kecil
berkerut dahi
murung, merenung
menelan ludah, mengulur jakun:
pahit, sangat pahit

tapi ia memeras aorta, otot, mata
merajut kembali
mimpi, halusinasi
yang sempat terputus

2 jam terbujuk
kembali lenguhan sapi terdengar
dari perutnya
yang bunting
seperti perut ibu
ketika membelenggunya
4 bulan

"sudah matang, bu?"

(terdiam)

"ibu masak apa sih?"

(bingung, tak bisa menjawab)

"tunggu sebentar saja,
tungkunya sudah kepanasan,
sebentar lagi matang kok!
main dengan si meong dulu ya!"

(terdiam)

lambung si kecil
memukul-mukul
dinding perut dengan keras,
tanpa ampun

lama bersabar,
ia tak bisa bersandar
pada tiang harapan
dan tembok waktu

ia buka tutup
kuali yang berasap-asap

serdadu air mata menggempur
barisan pipi yang lugu
pasukan peluh
mendarat
di pangkalan jiwa

ternyata
si kecil hanya
menunggu batu
yang di nanak ibunya

2 comments:

suryowidiyanto mengatakan...

sama sama ris, selamat berjuang ya...., mending pindah jurusan aja ris, TS ga enak... pusing, ntar badan lo item dilapangan melulu hehe...apalagi musti ga boleh takut ketinggian dan alergi debu, tapi LANJUTKAN! kalo memang itu pilihan haris... dee....

Q11901 mengatakan...

Wah sajaknya menyedihkan juga, Semoga bencana itu lekas terangkat dai tanah Negeri ini

Posting Komentar

Penulis mengajak pembaca memberikan donasi untuk pengembangan ilmu. Donasi dapat ditransfer ke rekening berikut a.n. HARIS PRADIPTA PUTRA:

BNI 0242311624

Jika anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut ataupun bantuan seputar artikel di atas, silahkan kontak saya di haris.pradipta[at]gmail.com

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons