Pages

Minggu, Juli 19, 2009

Bom Lagi di Indonesia [Indonesia yang Sedang Sakit Menunggu Perubahan]

Pemilihan umum presiden tahun 2009 belum lama usai. Perhitungan suaranya pun belum secara resmi selesai dan mengumumkan pemenangnya sebagai presiden terpilih untuk lima tahun ke depan. Namun Indonesia sudah diteror dengan ledakan bom di Ibu Kota. Kemudian menyusul statemen dari Presiden incumbent, yang sudah diprediksikan akan menang dalam  pemilihan umum 2009, bahwa beliau diteror. Data dari intelijen menyatakan terdapat pihak yang tidak berkenan jika Presiden incumbent sekarang menjabat kembali menjadi presiden  untuk masa jabatan yang akan datang. Jika benar ledakan bom di dua hotel di Ibu Kota adalah bermuatan politik, sebobrok itukah moral bangsa Indonesia saat ini?



Demokrasi yang diagung-agungkan justru menjadi teror bagi suatu pihak. Sang pemenang dalam pemilihan pemimpin bangsa tidak tenang dengan kemenangannya. Yang kalah lantas mencari kesalahan dan kelemahan Sang Pemenang. Jika telah jelas di depan mata mengenai kebobrokan demokrasi dan praktiknya, mengapa tidak juga kunjung ditinggalkan dan diganti?

Taruhlah sistem Islam sebagai contohnya, dalam pemilihan pemimpinnya, yang selalu menggunakan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat. Sang calon pemimpin yang akan dipilih tidak perlu menghamburkan dana dengan kampanyenya yang menggembor-gemborkan ambisinya untuk duduk di kursi pemimpin. Karena para pemimpin islam tahu bahwa menjadi seorang pemimpin adalah tanggung jawab yang teramat berat. Di samping itu para penentu dalam musyawarah pemilihan pemimpin di Islam adalah para alim yang tidak disilaukan oleh gemerlap dunia. Dan juga, dalam Islam sama sekali tidak menggunakan sistem adu suara sebagai penentu utama kemenangan seseorang untuk menjadi pemimpin.

Lalu bagaimana sekarang jika kita tengok tanah air kita tercinta Indonesia? Pancasila yang menjunjung tinggi permusyawaratan sudah ditinggalkan. Adu suara (voting) menjadi penentu utama pemenang dalam pemilihan. Hingga yang menang akan menjadi tinggi hati dan yang kalah menjadi iri hati. Lalu akan sampai kapan kondisi seperti ini akan dipertahankan? Jikapun ada sebuah ideologi yang mampu mengentaskan Indonesia dari kondisi ini, entah itu ideologi Islam ataukah yang lain. Yang jelas Indonesia yang sakit kini sedang membutuhkannya. Namun dunia sudah menyaksikan betapa sempurnanya sistem pemerintahan Islam yang telah berakhir pada zaman Turki Usmani oleh penjajah yang justru menyeret dunia pada krisis global berkepanjangan hingga kini. Mungkinkah ideologi ini dijalankan di Indonesia? Mungkinkah Islam akan tegak di Indonesia? Apakah keberagaman Indonesia akan menjadi penghalangnya?

0 comments:

Posting Komentar

Penulis mengajak pembaca memberikan donasi untuk pengembangan ilmu. Donasi dapat ditransfer ke rekening berikut a.n. HARIS PRADIPTA PUTRA:

BNI 0242311624

Jika anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut ataupun bantuan seputar artikel di atas, silahkan kontak saya di haris.pradipta[at]gmail.com

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons